Kekurangan Kuliah di India ?

June 30, 2017 Add Comment

Dari sekian banyak tulisan tentang kuliah di India, hampir semua yang saya tulis adalah kelebihan-kelebihannya. Sesuai janji saya  di beberapa artikel sebelumnya, saya akan menulis beberapa kekurangan-kekurangan kuliah di India jika dibandingkan dengan kuliah di Indonesia.  

Disclaimer (!)
Saya akan membahas hanya sebatas kekurangan pada sistem perkuliahannya saja. Perlu diingat bahwa semua yang saya tulis adalah opini saya pribadi. Hal yang menurut saya adalah 'kekurangan' bukan berarti juga menjadi 'kekurangan' bagi orang lain. Saya sama sekali tidak ada niat untuk mempengaruhi atau menjatuhkan --pihak tertentu-- melalui tulisan ini. Pada setiap kekurangan yang saya berikan, akan saya tuliskan sisi positif nya juga. Karena sejatinya tidak ada hal yang betul-betul baik atau betul betul buruk. 

Okay let's get started ....!


Masih manual. Saat kita kuliah diluar negeri bayangan pertama yang muncul dipikiran kita adalah ruang kelas yang ber-AC, pengajaran dengan power-point (ppt), atau mesin-mesin peraga yang sangat futuristik. Tidak. Di sini ruang kelas tidak ber-AC (kecuali ruang komputer). Sistem pengajaranpun masih manual yakni kita harus membawa buku catatan. Satu buku catatan untuk satu mata kuliah. Dosen tidak akan menyampaikan materi dengan ppt namun dengan cara mendikte, dan kita akan mencatat. Alhasil, kita akan jarang sekali fotokopi materi. Jangan bayangkan juga cara mendikte dosen India sama dengan cara mendikte pengajar-pengajar Indonesia. Dosen disini selalu mendikte dengan sangat cepat. Kecepatan menulis kita benar-benar akan diuji. 

Sisi positif yang bisa kita ambil adalah, kita akan lebih menghargai proses belajar. Menulis adalah salah satu cara untuk belajar. Apalagi sebelum dosen mendiktekan materi, beliau akan menjelaskan terlebih dahulu sehingga kita paham. 

Lebih ketat. Perkuliahan disini memang jauh lebih ketat dan padat. Kuliah selama 6-7 jam sehari dari Senin hingga Sabtu tentu bukan hal yang mengenakkan.

Dosen disini juga sangat perhatian dengan persentase kehadiran kita. Sekali kita absen kelas, maka pada pertemuan berikutnya akan ditanya oleh dosen tersebut alasan tidak ikut kelas. Apalagi jika kita adalah foreign student maka akan mudah sekali untuk dihafal oleh dosen. 

Say goodbye buat kalian yang hobi jalan-jalan. Simpan dulu jadwal jalan-jalan kalian untuk hari minggu. Hari Minggu pun tak jarang justru kita gunakan untuk beristirahat dirumah karena sudah capek kuliah pagi-sore dari Senin-Sabtu. 

Lebih mengedepankan teori/konsep. Jika kita lihat dari sistem ujiannya sendiri dimana kita harus menuliskan jawaban hingga 25 halaman lebih, sudah bisa dipastikan bahwa ujian tersebut sangatlah teoritis. Untuk jurusan sains sendiri, jenjang S1, hampir 70% masih sangat fokus dengan teori dan buku, which is actually bukan hal yang buruk juga. Namun bukan hal yang baik juga jika dibandingkan dengan Indonesia dimana mahasiswa sudah bisa membuat penelitian sebelum lulus S1. Sedangkan penelitian itu tidak hanya bermodal buku. Untuk jenjang S2 sendiri ada beberapa jurusan yang masih cukup teoritis, walaupun sudah tidak sebanyak jenjang S1. 

Sisi positif yang bisa diambil adalah, ketika lulus dari kampus India, terutama untuk jurusan sains, pemahaman akan dasar-dasar ilmu tersebut akan kuat dan tentu saja akan sangat membantu untuk bekal melakukan penelitian di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kita juga akan terbiasa dengan buku-buku tebal dan membaca berjam-jam bukan lagi menjadi hal yang sulit. 
 

Tidak ada skripsi/tesis. Salah satu 'akibat' dari lebih mengedepankan teori adalah tidak adanya pembuatan skripsi atau penelitian untuk syarat kelulusan. Saya sendiri melihat hal ini sebagai suatu kekurangan sebab kita jadi tidak ada pengalaman dalam hal penelitian. Bahkan untuk S2 di India tidak semua jurusan mewajibkan untuk membuat thesis. 

Lalu apa dong syarat untuk lulus? Gampang ! Tiap semester kita hanya diwajibkan untuk lulus di semua mata kuliah. Sounds easy, isn't it? 

Bagi yang sudah membaca tulisan saya tentang Sistem Ujian di Kampus India pasti sudah cukup mengerti bahwa ujian disini tidak lebih mudah dari pada di Indonesia. Menulis jawaban (esai) hingga 25 halaman dalam waktu 3 jam bukanlah perkara mudah.
Sering saya mendapati cerita teman-teman saya yang sedang berjuang dengan skripsi. Bahkan saat saya mudik ke Jogja bulan lalu, saya sempat menghadiri pendadaran salah satu sahabat saya yang kuliah di UGM. Saya hanya bisa menilik dari celah-celah pintu penasaran seperti apa sih pendadaran itu. Oalah...batin saya sambil manggut-manggut.

Momen pendadaran juga merupakan momen yang sangat penting bagi mahasiswa di Indonesia karena disitulah kita dimintai pertanggungjawaban atas skripsi kita. Saking pentingnya, setelah si mahasiswa selesai pendadaran, para teman dekat dan kerabat akan menunggu di depan ruang sidang/pendadaran sambil membawa bouquet atau hadiah kecil. Hal yang tidak akan saya rasakan saat kuliah di India.

Kurang bisa berorganisasi. Ketika saya masih di Indonesia, saya termasuk mahasiswa "kura-kura" alias mahasiswa yang kerjaannya kuliah-rapat kuliah-rapat. Saya memang termasuk organisator sejak masih SMA. 

Keseruan yang pernah saya rasakan saat mengadakan bakti sosial di desa pedalaman sudah tidak pernah saya rasakan lagi semenjak kuliah di India. Mengadakan seminar nasional yang menjadi program kerja unggulan BEM Jurusan saya sekarang sudah nyaris mustahil dilakukan disini. Saya yang dulunya menjadi mahasiswa tukang bolos karena sibuk mengurus program ini itu justru sekarang saya jadi mahasiswa yang anti-bolos. Saya yang dulunya adalah mahasiswa "kura-kura" sekarang menjadi mahasiswa "kupu-kupu" alias kuliah-pulang kuliah-pulang. 

Kampus disinipun sebetulnya ada lumayan banyak organisasi yang bisa kita ikuti. Namun menurut saya pribadi organisasi disini tetap tidak se-challenging di Indonesia. Rata-rata kegiatan yang diadakan oleh student's asociation disini hanya sebatas internal kampus saja. Bagi saya pribadi hal tersebut kurang menantang.

=================================================

Closing Statement:
Terlepas dari semua poin diatas, saya tidak pernah merasa kekurangan-kekurangan tersebut sangatlah berarti. Tidak ada satupun dari poin diatas yang lantas membuat saya, dan teman-teman Indonesia lain, menyesal karena berada disini. Kelebihan-kekurangan pastilah ada dimanapun tempat kita menempuh pendidikan. Jadi, nikmati saja kelebihan yang ditawarkan dan simpan saja kekurangannya.

Congratulation! Untuk teman-teman yang sudah resmi lolos beasiswa ICCR 2017-2018. Untuk yang belum mendapatkan "surat cinta" dari ICCR jangan berkecil hati. Tetap berdoa dan optimis karena LoA selalu diberikan secara berkala mulai Juni - Agustus. Stay positive ! :)