Kuliah di India? Why? Why? Why?! [Part I]

November 07, 2016 5 Comments

Alasan Kuliah di India

Gargi College, University of Delhi
Bukan lagi sebuah pertanyaan baru bagi kami, para mahasiswa Indonesia di India. Pasalnya negara yang sedang naik daun (lagi) sejak munculnya tokoh Shaheer Sheikh ini, mempunyai beragam kekhasannya sendiri. Banyak sekali teman-teman di sosial media menghubungi saya hanya untuk menanyakan hal-hal sepele tentang India, mungkin fans berat India. 

Oke, cukup sudah basa-basi nya, berikut saya paparkan beberapa alasan yang cukup untuk menyakinkan teman-teman yang berniat kuliah di India: 

Sekolah di India MURAH bak Kacang Goreng

Sudah bukan rahasia lagi dan semua mahasiswa Indonesia di India mengakui nya bahwa biaya pendidikan di India tergolong murah. Cukup banyak teman-teman disini yang manempuh pendidikan dengan biaya orang tua, bahkan saya kenal beberapa kawan yang membiayai kuliahnya sendiri hingga S2 di India.

Saya ambilkan contoh di Aligarh Muslim University, biaya pendidikan untuk B.A (Bachelor of Arts) setara S1, biaya SPP sekitar 14 juta rupiah hingga lulus. Di India jenjang S1 rata-rata hanya 3 tahun. Di Delhi University , untuk kuota asing biaya pendidikan jenjang S1 program Sains atau B.Sc sekitar 3,6 juta Rupiah per tahun.

Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan

Aspek bahasa merupakan satu-satu nya alasan kenapa saya memilih belajar disini. Saat itu kemampuan Bahasa Inggris saya belum cukup terasah. Itulah mengapa saya tidak cukup bernyali untuk mencari beasiswa S1 di Eropa. Oleh karena itu untuk S1 hanya hanya mencari di sekitaran Asia, yang mana saya gunakan sebagai 'batu locatan' untuk melanjutkan S2 saya nanti :D

Bahasa keseharian yang digunakan di kampus adalah Bahasa Inggris. Mulai dari dosen menjelaskan hingga saat ujian akhir semester, semuanya menggunakan Bahasa Inggris.  Tidak hanya itu, buku-buku perkuliahan disini juga menggunakan Bahasa Inggris. 

Jadi selain kita belajar bidang pendidikan kita sendiri, kemampuan berbahasa Inggris kita juga akan terasah dengan baik. Karena semua aspek kebahasaan; writting, listening, speaking, reading kita praktekkan setiap hari mau tidak mau.

India Surga bagi Para Pecinta Buku

Ini adalah hal terfavorit bagi saya selama saya di India, karena saya suka membaca. Selama di India kami tak pernah mengenal buku bajakan. Semua buku yang tersedia disini asli. Akses untuk menjangkau buku-buku terbitan internasional juga sangat mudah. Di Delhi ada perpustakaan sekaligus toko buku khusus untuk buku terbitan Oxford University Press. 

Dua hal yang saya cintai dalam dunia buku : Sains dan Pengembangan Diri. Kedua jenis buku tersebut yang memenuhi rak buku saya. Buku Mikrobiologi saya terbitan McGraw Hill misalnya, saya dapatkan hanya Rp 120.000. Buku tersebut asli (ada hologramnya), cukup tebal sekitar 800 halaman, dan lagi itu terbitan internasional. Buku bekas (second hand) namun asli juga cukup banyak tersedia. Jujur saya lebih suka buku bekas, karena sudah agak lecek.

Pada bulan Januari setiap tahunnya, di daerah Pragati Maidan, New Delhi digelar pameran buku internasional. Ada yang bilang itu adalah pameran buku terbesar di Asia. Banyak penerbit kelas dunia seperti Oxford, Cambridge, Wiley, turut serta di pameran tersebut. Diskon yang ditawarkan pun hingga 30%. Penerbit Indonesia seperti Mizan juga sering ikut serta membuka stand  di acara tersebut. Pameran tersebut berlangsung sekitar 1 minggu. 

India Mengajarkan Kita akan Kesederhanaan

Selama saya menempuh pendidikan di Delhi, saya jarang sekali melihat mahasiswa mengendarai sepeda motor. Rata-rata dari mereka menggunakan bus atau metro (sejenis MRT). Bahkan dosen sayapun juga rata-rata menggunakan kendaraan umum. Saya pernah satu bajaj dengan dosen saya. Kami berdua sama-sama menuju stasiun metro. Bahkan di Aligarh, dosen-dosen berangkat ke kampus menggunakan sepeda onthel. 

India tidak pernah menawarkan kemewahan. Dalam belajar kita tidak membutuhkan kemewahan. Kualitas pendidikan yang dibungkus dengan kesederhanaan dan kesahajaan justru mempercantik nilai ilmu tersebut.


Lanjutan baca di Alasan Kuliah di India Part II

Tempat Berburu Oleh-oleh di New Delhi, India Kelas Mahasiswa sampai Kelas Menengah

November 07, 2016 5 Comments

Tempat Berburu Buah Tangan di New Delhi, India Kelas Mahasiswa sampai Kelas Menengah



Mau jalan-jalan ke India khususnya New Delhi? Cari tempat belanja oleh-oleh yang super murah? Topik kali ini saya buat cukup ringan...hehe no more heavy ! 

Berhubung India sangat besar dan banyak sekali tempat belanja murah. jadi kali ini saya persempit dulu cakupannya khusus di area New Delhi. Semoga bermanfaat :)


1. Sarojini Market

Ini adalah pasar favorit mahasiswa Indonesia di India. Yes ! Sarojini !  Berlokasi di daerah Sarojini Nagar. Di pasar ini kita akan menemukan barang-barang murah seperti tas, sandal, baju, sari, dompet, jam tangan, gelang, sampai barang pecah belah, semua nya ada. Sayuran pun ada ! Soal harga? Untuk baju, tas, dan sandal harga mulai Rs 100 atau sekitar Rp 20.000 saja.

Kekurangan : pasar ini bukan khusus menjual barang-barang etnik India. Walaupun barang khas India lumayan banyak, namun tidak menjadi 'produk utama 'di pasar ini.

2. Pahar Ganj Market 

Tempat ini agak jarang diketahui namun lumayan banyak menjual barang-barang khas India. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp 20.000/pack untuk gantungan kunci. Tiap pack berisi 10 gantungan kunci. 

Saya dulu membeli banyak sekali gelang kaki yang cantik-cantik sebagai oleh-oleh. Berhubung orang Indonesia jarang yang pakai gelang kaki jadi saya bilang saja ke teman-teman dan saudara saya kalau itu gelang tangan :D Harganya hanya Rs 10 atau dua ribu rupiah per biji. 

Kekurangan : tempat nya tidak terlalu bagus, walau saya yakin sekali jika area tersebut di renovasi pasti akan jadi lebih bersih. 

3. Janpath Market

Nah ini baru tempat asli tempat cari oleh-oleh yang India banget. Mulai dari keset sampai baju pengantin semua nya khas India. Pasar ini menjual barang seperti kaos bertemakan India, tas bordir khas India, pakaian khas India; sari; kurti; kurta; rok india, kartu pos India, gantungan kunci India, sampai sarung bantal India.

Untuk kaos India sendiri, harganya mulai Rp 45.000 untuk ukuran dewasa. Gantungan kunci India harga Rp 10.000 per biji. Gantungan kunci tersebut terbuat dari semagam logam. Adapun miniatur Taj Mahal yang terbuat dari marmer, harga mulai dari Rp 50.000 untuk ukuran kecil. Tas bordir India hargapun bervariasi mulai dari Rp 40.000. Sedangkan untuk dompet harga mulai Rp 20.000.

Saya beberapa kali menjadi guide untuk tamu-tamu dari Indonesia yang sedang berkunjung di India. Hampir semua tamu saya terkesan dengan pasar ini.

Kenal Asma Nadia? Yup, novelis tersohor itu. Saya pernah menemai beliau belanja di Janpath juga dan beliau cukup puas berbelanja di pasar ini.

4. Tibetan Market

Jika kalian belanja ke Janpath Market jangan lupa mampir ke Tibetan Market sekedar untuk melihat-lihat barang etnik lain khas India. Yuhuu.. Tibetan Market ! Lokasi berseberangan dengan Janpath Market. 

Pasar ini kebanyakan menjual barang-barang antik seperti koin. Tidak hanya itu, banyak sekali kalung dan gelang dengan batuan yang unik nan nyentrik tersedia disini, mungkin mirip seperti akik hehe...

5. Dilli Haat atau Delhi Haat

Yang membuat saya senang dengan pasar ini adalah suasana eksotis saat senja hari. Biasanya akan ada pemain musik klasik India dan penari yang semakin menambah nuansa eksotisme pasar ini. Pasar ini sangat bersih dan tertata rapi. 

Barang-barang yang tersedia di pasar ini hampir sama dengan Janpath. Namun jika mencari oleh-oleh seperti garmen yang berkualitas super banyak didapat dipasar ini. Walaupun tidak berniat untuk membeli namun pasar ini cukup recommended bagi mereka yang ingin merasakan suasana eksotis India. Saya sarankan untuk datang ke pasar ini saat petang, atau menjelang maghrib.  

Itu dia 5 pasar terbaik jika dilihar berdasar isi kantong. Kenapa saya buat hanya lima? Karena menurut saya kelima pasar tersebur adalah pasar yang paling recommended bagi mereka yang hanya sekedar jalan-jalan ataau mampir sejenak di Ibu Kota.  That's pretty much it. See you and good luck ;)

Beasiswa Luar Negeri TOEFL Cuma 500, Mau?

November 03, 2016 Add Comment

Beasiswa ICCR (India) untuk S1, S2, dan S3


Salah satu berita yang cukup menggembirakan bagi para pecinta Bollywood adalah, India menyediakan beasiswa pendidikan yang menurut saya cukup komplit dan tidak terlalu sulit persyaratannya. Alasan saya dulu kenapa memilih India sebagai tujuan belajar S1 saya adalah karena saat itu kemampuan Bahasa Inggris saya masih pas-pasan. Saat itu saya berfikir, karena Bahasa Inggris saya pas-pasan maka saya mencari negara dimana Bahasa Inggris bukanlah bahasa utama negara tersebut namun bahasa pengantar pendidikan adalah dengan Bahasa Inggris. Setelah sekian lama mengkaji di internet akhirnya ketemulah dengan India. Jujur saya belum cukup nyali kalau untuk mendaftar S1 di Eropa, sehingga menurut saya, sebagai pemanasan, S1 cukup di Asia saja dan nanti S2 bisa di Eropa hehe...

Beasiswa kuliah di India saat ini paling populer adalah GSS atau General Scholarship Scheme oleh lembaga dibawah naugan Ministry of External Affair yakni Indian Council for Cultural Relations (ICCR). Beasiswa ICCR diberikan untuk hampir semua negara-negara berkembang dengan total hampir 500 kursi. Untuk Indonesia sendiri mendapatkan kursi sebanyak 20 dari mulai S1 sampai S3. 

Beberapa kelebihan ICCR dari lembaga penyedia beasiswa yang lain:

  1. Syarat TOEFL hanya 500. Jarang sekali ada negara yang hanya mensyaratkan TOEFL minimal 500. Hampir rata-rata penyedia beasiswa mensyaratkan skor 550 untuk TOEFL.
  2. Memberikan beasiswa untuk semua jurusan (kedokteran dan kedokteran gigi). Ini memudahkan para pendaftar dalam memilih jurusan. Pada form pendaftaran kita akan diminta mengisi 3 nama jurusan pilihan kita. Saat itu saya memilih : Biomedical Sciences, Microbiology, dan Biochemistry. Akhirnya diterima di pilihan kedua. 
  3. Tes interview cukup mudah, atau kadang bahkan tidak ada interview sama sekali. Namun tetap ada tes Bahasa Inggris dasar yang diadakan di Kedubes India Jakarta. Saat itu Bahasa Inggris saya sangat pas-pasan dan menurut saya tes nya sangat mudah. Jauh lebih sulit tes TOEFL.
  4. Beasiswa yang diberikan juga beasiswa penuh dari mulai pembebasan biaya visa sampai uang SPP, uang saku, uang buku, dsb. Uang saku perbulan sekitar Rs 10,000 atau Rp 2,000,000 (dua juta rupiah)

Syarat berkas yang harus dipenuhi :

  1. Fotokopi ijazah dan transkrip dua pendidikan terakhir yang sudah terlegalisir dengan IPK minimal 2.75.
  2. Melampirkan fotokopi ijazah dan transkrip dua pendidikan terakhir di atas yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan terlegalisir.
  3. Untuk pelamar program doktoral atau post-doktoral maupun arsitektur, melampirkan sinopsis proposal penelitian.
  4. Untuk pelamar performing arts melampirkan video/audio rekaman penampilannya (performance).
  5. Mengisi formulir, proforma dan physical fitness yang menjadi satu bagian dengan formulir (application form).
  6. Melampirkan hasil tes yang menyatakan bahwa kandidat bebas dari HIV/AIDS.
  7. Melampirkan curriculum vitae terbaru (wajib mencantumkan nomor HP dan alamat Email).
  8. Melampirkan fotokopi sertifikat atau hasil tes bahasa Inggris (TOEFL minimal 500 atau IELTS minimal 5.0).
  9. Melampirkan surat rekomendasi dari dua perekomendasi, bisa dari pihak sekolah/universitas ataupun kantor tempat bekerja.
  10. Melampirkan fotokopi passport terbaru (ini tidak wajib, tetapi sangat direkomendasikan

Timeline Pendaftaran 

Biasanya pendaftaran dan pengiriman berkas dimulai setiap bulan November/Desember. Kemudian semua berkas yang memenuhi syaratt akan dipanggil untuk melakukan tes wawancara dan tes Bahasa Inggris sekitar bulan Januari. Pengumuman penerimaan tergantung dari universitas tempat kita mendaftar. Rata-rata yang diterima di Delhi University, Jawaharlal Nehru University, dan Jamia Milia Islamia mendapat LoA (Letter of Acceptance) pada bulan Juli awal karena perkuliahan mulai akhir Juli atau awal Agustus. Sedangkan yang diterima di Osmania University rata-rata bulan Juni awal sudah menerima LoA karena Juni akhir biasanya sudah mulai perkuliahan. 

Saya dulu menerima LoA cukup terlambat, tanggal 29 Juli dan perkuliahan saat itu sudah berlangsung selama 2 minggu. Setelah sampai di India pun kita tidak bisa langsung kuliah karena harus daftar ulang dan lapor diri dan itu memakan waktu sekitar satu minggu lebih.

Pengalaman Pertama Mengikuti Test TOEFL Untuk Beasiswa

November 03, 2016 Add Comment

Test TOEFL Untuk Mendaftar Beasiswa ICCR (India)




Satu hal yang paling saya khawatirkan saat mendaftar beasiswa adalah : TOEFL, walaupun Persyaratan TOEFL untuk beasiswa ICCR tidak terlalu tinggi (hanya 500) jika dibandingkan dengan penyedia beasiswa dari lembaga lain.


Sekilas tentang TOEFL

TOEFL yang saya pakai untuk mendaftar beasiswa adalah TOEFL ITP. TOEFL ITP adalah salah satu jenis TOEFL resmi. TOEFL ITP biasanya lebih digunakan untuk tujuan akademik. TOEFL yang resmi hanya diadakan oleh ETS (English Testing System) dari Amerika. Jika teman-teman mengikuti tes TOEFL tapi penyelenggaranya bukan ETS, bisa dipastikan itu bukan TOEFL resmi, melainkan hanya TOEFL Prediction atau TOEFL-Like Prediction.

TOEFL Prediction tidak bisa dipakai untuk mendaftar beasiswa keluar negeri. Itu hanya dipakai untuk mengukur sejauh mana kemampuan kita berbahasa Inggris. Saya pernah mengikuti TOEFL Prediction sebelumnya, yakni di Fakultas Kedokteran Gigi UGM. 

Biaya Tes

Untuk TOEFL ITP sendiri biaya nya sekitar Rp 450 ribu (tahun 2014). Buat saya itu adalah uang yang lumayan banyak. Jadi ya bisa dibayangkan jika saat itu skor TOEFL saya tidak memenuhi persyaratan beasiswa, melayang sudah uang Rp 450 ribu. Sedangkan untuk TOEFL Prediction biasanya lebih murah. Ada yang hanya Rp 100 ribu atau bahkan gratis. hehe...

Tempat Pendaftaran dan Tes

Di Jogja, beberapa tempat yang menyediakan tes TOEFL ITP antara lain English First (EF), Real English, ELTI, UGM, UMY, UIN, UNY, dll. Saya mengikuti test TOEFL ITP di ELTI, karena pada tanggal tersebut, hanya ELTI yang sedang membuka tes TOEFL ITP resmi.

Prosedur Pendaftaran

Waktu itu saya langsung mendatangi kantor ELTI di daerah Sabirin, dan membawa uang Rp 450ribu. Kemudian pihak ELTI memberikan kwitansi sekaligus booklet tentang TOEFL ITP. Pada booklet itu juga tersedia beberapa contoh soal-soal TOEFL ITP. Officer tersebut kemudian memberi tahu tanggal dan jam tes akan dilaksanakan. Dia memberikan beberapa pilihan waktu untuk mengikuti tes. Saat itu saya memilih jam sore karena siang harinya saya ada UAS di kampus. Jam sore adalah gelombang terakhir, yakni dari pukul 17.30 - 20.45.

Saat Ujian

Setelah selesai UAS saya langsung pulang dan belajar untuk TOEFL. Sebelum tes tak lupa saya makan dahulu. Karena tes tersebut cukup lama dan membutuhkan banyak energi untuk berfikir jadi saya tidak mengizinkan rasa lapar muncul saat ujian TOEFL. Saya sampai di kantor ELTI 20 menit sebelum tes dimulai. Saya diantar ke ruang ujian oleh resepsionis. Ternyata sudah banyak peserta yang hadir pemirsa. Langsung saja saya menuju kursi saya, dimana kursi sudah diurutkan sesuai nomor pendaftaran kita. Saya mendapatkan kursi paling depan dekat dengan speaker. Lumayan. 

Ujian berlangsung selama tiga jam terdiri dari 3 bagian yakni: 
  • Listening Section,
  • Structure and Written Expression, dan
  • Reading Comprehension,
Jujur, kelemahan saya ada pada Listening Section (bahkan sampai sekarang). Saya cukup was-was namun tetap berusaha tenang dan berfikir positif. Benar saja ! Listening Section menurut saya cukup sulit. Jauh berbeda dengan Listening Section yang pernah saya ikuti di TOEFL Prediction. "Jadi begini rasanya mengikuti ujian seharga 450 ribu Rupiah?" Batin saya saat itu. Namun sebisa mungkin saya tetap fokus pada speaker dan mencoba untuk menangkap apa yang sedang dibicarakan. Listening Section ini dibagi lagi menjadi 3 bagian yakni Percakapan Pendek, Percakapan Panjang, dan Monolog Panjang. Total pertanyaan untuk sesi ini adalah 50 butir dengan waktu sekitar 30-40 menit.

Okay. Next. This is my favourite part, heck yes ! Structure and Written Expression ! Saya merasa diantara ketiga sesi ujian, sesi inilah saya paling merasa bisa. Paling tidak bisa  untuk mendongkrak skor TOEFL saya karena listening saya pas-pasan. Pertanyaan yang diajukan pada sesi ini adalah seputar Grammar. Jumlah soal ada 40 butir dengan waktu yang diberikan adalah 20 menit. And guess what ?! This section was not that easy ! -_- Dibilang sulit juga tidak, namun dibilang susah juga tidak. Rata-rata. Namun masih lebih sulit ini ketimbang TOEFL Prediction (ya iyalah!) Untuk sesi ini, kunci nya adalah yang penting kita memahami struktur kalimat. Maksudnya, kita harus benar-benar mampu membedakan mana subject, verb, adjective, dan adverb. Yang saya lakukan pertama kali adalah selalu menggaris bawahi kata yang termasuk VERB pada kalimat tersebut. TENSES juga harus betul-betul kita pahami. Tidak harus menguasai, tapi harus memahami. Menurut saya pengetahuan akan vocabulary tidak begitu dituntut pada sesi ini. 

And the last one was Reading Comprehension. Pada sesi ini kita diberikan beberapa teks bacaan dan setiap teks terdapat beberapa pertanyaan yang berkaitan. Jumlah soal adalah 50 dengan waktu pengerjaan 55 menit. Sesi ini sangat menuntut ketelitian dalam memahami bacaan, dan kosa kata kita  cukup diuji. 

Akhirnya selesai juga ujian TOEFL. Cukup melelahkan menurut saya, apalagi saat itu malam hari. Saya lantas bergegas pulang dan belajar Anatomi Fisiologi untuk UAS keesokannya. 

Hari Pengumuman

Sampai sekarang saya masih ingat betapa deg-degan nya dulu saat membuka amplop berisi sertifikat hasil ujian TOEFL. Menurut saya itu adalah saat paling mendebarkan. Betapa tidak, kelanjutan beasiswa saya ditentukan oleh skor TOEFL saya. Jika skor TOEFL saya kurang dari persyaratan minimal, maka sia-sialah persiapan yang sudah saya lakukan untuk mendaftar beasiswa. Selain itu melayang sudah uang Rp 450 ribu.

Hasil? Karena saya sekarang sudah di India, jadi sudah bisa ditebak bagaimana hasilnya :D


Ingin Sekolah di Luar Negeri Tapi Bahasa Inggris Masih Pas-pasan? Baca ini !

November 03, 2016 4 Comments
Ingin Sekolah di Luar Negeri Tapi Bahasa Inggris Masih Pas-pasan? Baca ini !

Cara Belajar Bahasa Inggris dari Mulai Paling Dasar


Kali ini saya akan berbagi sedikit tips belajar Bahasa Inggris, yang secara personal saya gunakan hingga bisa lolos beasiswa ke India alias ICCR. Jika teman-teman pernah membaca artikel saya yang berjudul Life Journey : From Indonesia to India (Part I) pasti sudah tau betapa payahnya Bahasa Inggris saya saat itu. 

Sebetulnya tips ini bisa dipakai untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di segala bidang, tidak hanya sekedar lolos beasiswa saja. Tentu saja tips ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, apalagi dalam mempelajari bahasa. Saat ini saya sedang belajar Bahasa Perancis dan saya menggunakan cara yang sama ketika saya belajar Bahasa Inggris dulu.

Berikut yang saya lakukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris 

Jangan Langsung Beli Buku TOEFL.

Jika kalian benar-benar merasa kemampuan berbahasa Inggris sangatlah kurang atau bahkan bisa dibilang sangat rendah (seperti saya dulu), saya sangat sarankan JANGAN langsung tergesa-gesa membeli buku TOEFL. Believe me ! It won't work at all ! Sebagai gantinya, belilah buku Bahasa Inggris yang 'lebih ringan' seperti English Daily Conversation. Jangan pula terlalu berambisi membeli buku Daily Conversation setebal 500 halaman, mulai saja dari yang 200 halaman. Bahkan buku saya dulu tidak sampai 200 halaman. Ingat, belilah buku daily conversation yang juga menyertakan terjemahannya (ini penting).

Jangan tergesa-gesa untuk menyelsaikan buku tersebut. Ingat ! Tujuan kita bukanlah untuk maraton membaca buku tersebut layaknya membaca novel, namun target kita adalah meningkatkan vocabulary !

Siapkan highlighter seperti stabilo . Tandai dengan stabilo  kosa kata Bahasa Inggris mana yang tidak tahu artinya, dan tandai pula terjemahan Bahasa Indonesia nya. Tandai pula kosa kata+artinya yang jarang kita temukan, walaupun kita tahu artinya. Satu lagi, tandai juga kosa kata+artinya yang kita jarang menggunakannya

Jika kita sudah selesai membaca buku tersebut, maka buku kita akan penuh dengan coretan-coretan stabilo, seperti saya dulu. Jangan langsung berambisi membeli buku baru. Jangan. Baca-baca ulang buku tersebut, terutama bagian-bagian yang kita tandai. Ulangi hingga kita benar-benar memahami arti kata tersebut dan konteks penggunaannya. Konteks penggunaan maksudnya begini, kata break dalam Bahasa Inggris artinya pecah. Namun pada konteks kalimat I would like to take a break , kata break mempunyai arti istirahat.

Jangan Belajar dari Terlalu Banyak Lagu Bahasa Inggris

Banyak yang bilang belajar Bahasa Inggris secara efektif lewat lagu. Yap betul sekali, kalau kita tau cara belajarnya ! Dan jarang yang tahu cara belajar Bahasa Inggris lewat lagu. Cara saya yang ini nampaknya memang agak ribet, namun coba saja dulu, siapa tahu ini menjadi cara yang terbaik untuk kalian. Ingat ya, tidak ada cara belajar yang mudah. Semua butuh usaha dan ketekunan. 

Cari sebuah lagu yang menurut saya paling favorit untuk dijadikan media belajar. Pilih lagu yang agak slow. Kalau saya dulu pakai lagunya Secondhand Serenade yang berjudul Fall For You. Jangan tergesa-gesa memakai banyak lagu, fokus saja dengan satu lagu yang menurut kalian nyaman. Tulis lirik lagu nya. Tulis tangan saja, supaya lebih terasa kalau kita berusaha belajar. Tiap satu bait, beri jarak satu baris kosong, dan tulis bait selanjutnya dibawah baris kosong tersebut. Kemudian tulis phonetics kata-kata tersebut pada baris yang kosong. Phonetics adalah cara pengucapan suatu kata. Cara ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara kita. Berusahalah untuk menyanyikan lagu tersebut dengan pronunciation yang benar. 

Dua Buku yang WAJIB Punya

Satu, Oxford Learner Dictionary. Dua, Oxford Grammar (lupa judul lengkapnya). Jangan bilang mau serius belajar Bahasa Inggris kalau kamus saja tidak punya. Saya tidak menyarankan untuk menggunakan kamus English-Indonesia, jika betul-betul mau belajar, pakai kamus English-English. Karena saya dulu nggak banyak uang jadi saya beli buku yang bajakan. Oxford Dictionary dan Oxford Grammar cari yang seri pocket . Karena kecil dan mudah dibawa. Saya dulu beli kedua buku tersebut yang bajakan harganya Rp 10.000 untuk kamus oxford, dan Rp 9.000 untuk yang grammar. 

Chatting pakai Bahasa Inggris

Saya dulu sengaja aktif di salah satu aplikasi chatting yang khusus saya gunakan untuk berteman dengan orang luar negeri saja. Jaman saya dulu tahun 2011 saya pakai aplikasi mig33. Saya join di salah satu chatroom dan berteman dengan mereka. Saya tidak merekomendasikan langsung chatting dengan orang Amerika, British, atau dari negara yang memang bahasa ibu mereka adalah Bahasa Inggris, karena mereka akan cenderung menggunakan Bahasa Inggris yang agak fancy atau slang. Saya pernah chatting dengan orang Amerika dan dia bilang ke saya "Your English is suc*" :D 

Beberapa negara rekomendasi saya untuk dijadikan teman :Malaysia, India, Pakistan, Nepal, Sri Lanka, Maldives, negara-negara di Afrika seperti Kenya, Arab Saudi, dll. Pokoknya berteman saja dengan mereka yang berasal dari negara yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa ibu. Kenapa? Karena mereka juga bukan English native speaker, maka mereka akan lebih memahami saat Bahasa Inggris kita salah. 

Baca Buku-buku Bilingual

Ini yang saya lakukan saat saya SMA dulu. Saya sering menggunakan buku-buku pelajaran bilingual untuk belajar ketimbang buku pelajaran yang murni berbahasa Indonesia. Saya mendapatkannya dari perpustakaan sekolah. Jika nyali saya sedang tinggi maka saya akan meminjam buku pelajaran yang murni berbahasa Inggris :D

Overconfidence is needed

Jika ada acara-acara seperti pameran pendidikan internasional, ikut! Karena kadang mereka mengadakan TES TOEFL GRATIS. Tak ada salahnya sejak dini cari pengalaman tes toefl, sebelum benar-benar mengikuti TOEFL sungguhan. 

Saya dulu pertama kali ikut pameran pendidikan Australia dan New Zealand oleh Edlink-Connect di Hotel Phoenix, Yogyakarta, bisa jadi saya satu-satunya peserta yang masih SMP. Kebetulan sekali mereka menyediakan tes toefl gratis, dan masih tersisa satu kursi kosong. Tanpa berfikir panjang saya langsung ambil. Saya yakin saya peserta termuda di ruang tes itu. And I don't even care! :D

Hasil tes keluar setelah 3 hari, dan saat itu toefl skor saya adalah... dua ratus tujuh belas :D 

Hal-hal Kecil yang Sangat Membantu

Sering-seringlah 'memaparkan diri' dengan Bahasa Inggris seperti, ubah bahasa handphone dengan Bahasa Inggris. Ubah bahasa di Facebook, Twitter, Instagram dengan Bahasa Inggris. Sekali-sekali bikin status pakai Bahasa Inggris. Harus kalimat buatan sendiri, bukan kutipan lagu !

Itu tadi beberapa cara yang saya gunakan dalam belajar bahasa Inggris. Satu hal yang sangat penting supaya kita tetap istiqomah dalam belajar Bahasa Inggris adalah, temukan motivasi atau alasan kenapa saya harus bisa berbahasa Inggris. Motivasi saya dulu karena saya betul-betul bertekat ingin sekolah keluar negeri, jadi segala cara saya upayakan.


I think that's pretty much it. Good luck guys! And never stop making hope although it seems impossible. Be the proof that impossible is nothing ! ;)

Sekian dan terimakasih.

Campus Review - University of Delhi

November 02, 2016 2 Comments


Buat teman-teman yang tertarik menimba ilmu di Negeri Gandhi, khususnya di Delhi University (DU) , maka artikel ini cocok sebagai salah satu bahan bacaan. Walaupun pengalaman kuliah saya di DU hanya dua tahun, tapi cukuplah kalau hanya sekedar berbagi pengalaman. 

Sistem Kampus

Saya kuliah di Delhi University jurusan  B.Sc (Hons) Microbiology, tepatnya di Gargi College. Delhi University adalah kampus besar di India, yang mempunyai 80 lebih kampus afiliasi (college), tidak termasuk Institute, Polytechnic, dan Faculty. Mudahnya begini, sistem kampus ini mempunyai dua komponen utama, yakni University dan College. University ibaratnya seperti rektorat, administrasi, kantor pusat, dsb. Sedangkan College adalah tempat kita belajar. Delhi Universiy mempunyai lebih dari 80 college, dimana setiap college mempunyai kepala sekolah (principal) sendiri, sistem mengajar sendiri, dsb. Di Indonesia, komponen pada "college" bisa diibaratkan seperti sebuah kampus mandiri. Misalnya, college saya, Gargi College, punya bangunan sendiri dan ada bermacam-macam jurusan didalamnya seperti Microbiology, Zoology, Botany, Mathematics, Chemistry, Education, Sansekerta, English, Political Sciences, dan lain sebagainya. 

Beberapa nama college di Delhi University yang cukup terkenal:
  • Miranda House
  • St. Stephen's College
  • Hans Raj College (college nya Shah Rukh Khan)
  • Ramjas College
  • Gargi College
  • Daulat Ram College 
  • Hindu College
  • Jesus & Marry College
  • Maulana Azad Medical College

Sistem Kuliah

Sistem perkuliahan di Delhi University saya rasa hampir sama dengan kampus lain. Perkuliahan dilakukan dengan ceramah dan praktek untuk jurusan sains. Delhi University sudah menggunakan sistem semester (ada beberapa kampus di India yang masih menggunakan sistem tahunan). Ujian dilakukan setiap semester. Semester Ganjil dilaksanakan setiap Mei-Juni, dan semester genap setiap bulan Desember.

Secara umum ada dua jenis ujian yang diterapkan di semua college DU, yakni Internal Exam dan Final Exam. Internal Exam mempunyai porsi sebesar 25/100. Sedangkan Final Exam berbobot 75/100. Jika ditotal maka nilai akhir adalah 100. 

Internal Exam diibaratkan seperti ulangan harian, dimana setiap college mempunyai sistem dan cara ujian sendiri-sendiri. Namun rata-rata setiap college mempunyai cara dan sistem ujian yang sama untuk Internal Exam. Intinya, college mempunyai wewenang penuh menggunakan porsi nilai 25/100 tersebut.

Final Exam dilaksanakan serentak di semua college yang dibawahi oleh University. Pada kasus ini, college sudah lepas tangan dan lepas tanggung jawab. Hak dan wewenang pengurusan Final Exam sepenuhnya diatur oleh University. 

Saat Ujian

Hal yang cukup menjadi sorotan di sistem pendidikan India ini adalah, sistem Final Exam. Saat Final Exam, ujian untuk setiap mata kuliah berlangsung selama 3 jam nonstop. Semua pertanyaan yang diujian berbentuk essay. Rata-rata saat final exam, mahasiswa akan menghabiskan lebih dari 20 halaman. Saya sendiri rata-rata 25 halaman, rekor 31 halaman saat mata kuliah Chemistry. Nah, bisa ditebak kan betapa gilanya mahasiswa Indonesia saat akan menghadapi final exam? 

Nilai final exam dan internal exam nantinya akan diakumulasi. Nilai ujian biasanya keluar setelah 1 bulan melalui website kampus dengan memasukkan nama dan nomor ujian. 

Jika di salah satu mata kuliah tertulis "P" artinya Passed/Lulus, namun jika "F' maka Failed/Gagal. Jika gagal maka kita harus mengulang ujian di tahun berikutnya. Misalnya, jika mata kuliah yang gagal adalah mata kuliah di semester ganjil, maka kita harus mengulang ujian di semester ganjil tahun depan. Hanya mengulang ujian, tidak mengulang kuliah. 

Sekian dari saya. Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan tinggalkan komen dibawah, Pasti saya balas :D

Life Journey - From Indonesia to India (Part I)

November 02, 2016 1 Comment

Perjuangan Meraih Beasiswa

Saya tak pernah menyangka perjalanan saya akan sampai di India. Negara yang dijuluki Anak Benua ini mempunyai kepadatan lima kali populasi Indonesia. Berkuliah di India bukan berarti tak berencana. Banyak energi-energi hebat dalam diri yang mampu membuat kaki saya menapak di Tanah Gandhi ini.

Keinginan bisa kuliah di luar negeri sudah terpatri sejak berumur 15 tahun, tepatnya saat kelas 3 SMP. Betapa narsis nya dulu saat itu, berkirim email untuk Oxford University hanya sekedar menanyakan beasiswa. Namun bahagia saya bukan main ketika pihak Oxford University membalas email saya. Satu-satu nya alasan yang cukup kuat membuat hormon dopamin saya melejit adalah, mereka memahami Bahasa Inggris saya. Membutuhkan waktu berjam-jam buat saya menulis email kepada Oxford . Saya tidak bisa membayangkan betapa hancurnya Bahasa Inggris saya saat itu. Innocence.

Keinginan saya untuk bisa kuliah di LN tetap ada bahkan setelah lulus SMP. Saya menyadari saat itu bahwa saya harus belajar Bahasa Inggris lebih dari sekedar giat. Bahasa Inggris di sekolah tidak cukup membantu buat saya. Hal yang pertama saya lakukan saat itu adalah membeli buku. Buku pertama yang menjadi saksi jejak usaha belajar Bahasa Inggris saya adalah The Daily Conversation Book. Buku tersebut setebal tidak lebih dari 200 halaman dan menjadi sumber kebahagiaan kecil saya saat di bus, dirumah, maupun dikelas.

Ketika masuk SMA saya mulai memboroskan pulsa untuk browsing penyedia beasiswa S1 di luar negeri. Ternyata sekedar mencari informasi susah nya bukan main. Saya tidak senyali itu untuk mencari beasiswa S1 di Eropa. Ada sedikit porsi rasa pesimis menyadari kemampuan Bahasa Inggris saya tak sesempurna penyiar BBC. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari beasiswa di negara yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, namun dalam pendidikan tetap menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar. Itulah awalan yang mendasari saya memilih India. Prinsip saya sederhana, sekolah sambil belajar Bahasa Inggris.

Menginjak tahun terakhir di SMA, keinginan berkuliah di luar negeri mulai berkurang. Saya sudah tak seambisius dulu. Gejolak semangat untuk bisa mewujudkan impian sudah nyaris punah. Saya tak lagi memikirkan beasiswa. Fokus saya berubah drastis. Ambisi saya saat itu bisa diterima di kampus ternama di kota saya, UGM. Benar saja saya diterima, jurusan Rekam Medis. Saya sebetulnya tak terlalu meminati nya. Kabar diterimanya saya di UGM-pun tak cukup membuat saya berenergi untuk menjingkrakkan kaki sambil berteriak, Hore ! Pun akhirnya saya tak ambil kesempatan tersebut dan lebih memilih di Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta jurusan Keperawatan. Impian sekolah di luar negeri benar-benar sudah lenyap.

Saya menikmati hari-hari belajar saya sebagai calon perawat. Jarum suntik, stetoskop, infus sudah menjadi bagian dari hidup saya. Saya bahkan terpilih menjadi Ketua BEM Jurusan Keperawatan. Diantara para ketua-ketua BEM jurusan, jurusan sayalah yang diketuai oleh mahasiswa semester 1. Menginjak semester 2 akhir, Tuhan nampaknya menginginkan saya lebih dari sekedar IPK 3.65. Tak sengaja saya menemukan seberkas formulir ICCR tahun lalu di rak. Dari sanalah energi itu muncul kembali. Seperti ada dorongan untuk kembali mencoba. Benar saja, setelah saya cek di internet, pendaftaran ICCR sedang dibuka. Hanya 7 hari waktu tersisa untuk mempersiapkan segalanya. Segalanya.

Bersambung.